Juventus Krisis Panjang, Igor Tudor Pilih Fokus Bangkit

Senin, 27 Oktober 2025 | 12:17:35 WIB
Juventus Krisis Panjang, Igor Tudor Pilih Fokus Bangkit

JAKARTA - Krisis tengah melanda Juventus. Klub asal Turin itu belum menemukan performa terbaiknya setelah kembali menelan kekalahan ketiga secara beruntun di semua ajang. Namun, di tengah tekanan besar dan sorotan publik yang makin tajam, pelatih Igor Tudor justru menegaskan bahwa ia tak mau larut dalam kecemasan mengenai masa depannya.

Bagi Tudor, yang terpenting saat ini adalah mencari jalan keluar untuk membawa Bianconeri kembali ke jalur kemenangan.

“Saya tidak peduli dengan masa depan saya,” tegas Tudor setelah pertandingan.
“Yang saya pedulikan adalah melakukan apa yang saya bisa. Masa depan saya sama sekali tidak menarik.”

Pernyataan itu diungkapkan usai Juventus tumbang 0–1 dari Lazio di laga tandang Serie A, Senin (27/10/2025) dini hari WIB. Hasil tersebut semakin memperdalam krisis tim, yang kini mencatat delapan laga kompetitif tanpa kemenangan.

Krisis Panjang: Rekor Buruk Terparah Sejak 2009

Juventus kini mencatat tren negatif yang belum pernah mereka alami selama lebih dari satu dekade terakhir. Dalam delapan pertandingan terakhir, mereka gagal meraih satu pun kemenangan — hasil dari lima kali imbang dan tiga kekalahan beruntun.

Catatan ini merupakan periode tanpa kemenangan terpanjang sejak Mei 2009, sebuah masa kelam yang kini seolah terulang di bawah kepemimpinan Tudor.

“Ini adalah momen yang buruk, momen yang sulit, kami harus tetap bersatu dan semua bekerja sama,” ujar Tudor kepada DAZN Italia.
“Kami merasa sangat terpuruk, tetapi kami harus tetap bersatu,” lanjutnya menegaskan.

Bagi para pendukung setia Juventus, situasi ini tentu mengingatkan pada masa transisi kelam klub sebelum era kebangkitan mereka di awal 2010-an. Kini, rasa frustrasi mulai meningkat, sementara tekanan terhadap pelatih dan para pemain pun tak terbendung.

Tumpul di Depan Gawang: Catatan Mandul Terburuk Sejak 1991

Salah satu akar dari keterpurukan Juventus adalah kemandulan di lini depan. Kekalahan dari Lazio menandai empat pertandingan berturut-turut tanpa mencetak gol. Ini menjadi rekor negatif yang bahkan belum pernah terjadi lagi sejak Maret 1991, ketika tim masih ditangani pelatih legendaris Gigi Maifredi.

Tudor pun mengakui bahwa lini serang timnya benar-benar kehilangan ketajaman.

“Kami mencoba dengan dua striker sejak awal, lalu empat pemain menyerang, kami mencoba segalanya,” kata Tudor.
“Tetapi kami jelas kehilangan sesuatu di lini depan,” tambahnya.

Eksperimen formasi dan kombinasi pemain tak kunjung membuahkan hasil. Duet penyerang utama seperti Dusan Vlahovic dan Jonathan David belum mampu memecah kebuntuan, sementara kreativitas dari lini tengah juga tampak menurun drastis.

Statistik menunjukkan bahwa dalam empat laga terakhir, Juventus hanya mencatat rata-rata 3 tembakan tepat sasaran per laga, angka yang sangat rendah untuk klub sebesar mereka.

Kesalahan Berulang Jadi Biang Kerok Kekalahan

Selain masalah di lini depan, Juventus juga menghadapi persoalan di sektor pertahanan dan konsentrasi. Tudor menyoroti bahwa timnya kerap melakukan kesalahan mendasar yang berujung fatal.

“Kami juga terus berkata pada diri sendiri jangan membuat kesalahan, tetapi selalu ada kesalahan, dan kami kalah,” keluh pelatih asal Kroasia itu.
“Seperti yang saya katakan, tidak perlu membuat drama. Kami bermain lagi segera dan perlu tetap fokus.”

Kesalahan-kesalahan itu sering kali muncul di momen krusial — baik saat bertahan dari tekanan lawan maupun ketika mengawali serangan. Akibatnya, Juventus bukan hanya gagal menang, tetapi juga kehilangan kepercayaan diri di lapangan.

Kondisi ini membuat pertandingan berikutnya menjadi sangat krusial. Juventus akan menjamu Udinese pada 30 Oktober 2025 pukul 00.30 WIB. Laga tersebut bisa menjadi titik balik, atau justru memperpanjang periode kelam yang sudah berlangsung hampir dua bulan.

Tudor Tenang di Tengah Tekanan, Klub Masih Memberi Dukungan

Rentetan hasil buruk ini tak ayal menimbulkan spekulasi tentang masa depan Tudor di kursi pelatih. Namun, menurut laporan media Italia, manajemen Juventus masih memberikan dukungan penuh kepada sang pelatih — setidaknya untuk saat ini.

Tudor sendiri bersikap tegas dan profesional menghadapi tekanan. Ia memilih untuk tidak memikirkan posisinya dan menekankan pentingnya fokus terhadap perbaikan tim.

“Orang-orang terus bertanya apakah saya merasa aman atau khawatir, tetapi saya tidak memikirkan diri saya sendiri,” ujarnya tegas.

Sikap realistis itu patut diapresiasi, meski fans berharap segera ada perubahan nyata di lapangan. Bagi Tudor, prioritas utama adalah mengembalikan semangat juang pemain dan menemukan keseimbangan antara pertahanan dan serangan.

Tantangan Berat Menuju Kebangkitan

Meski situasi saat ini suram, Juventus masih memiliki peluang untuk bangkit. Kompetisi Serie A 2025/26 baru berjalan separuh, dan selisih poin dengan zona Eropa masih bisa dikejar jika mereka segera menemukan momentum positif.

Dukungan dari para tifosi, terutama di kandang sendiri, akan menjadi faktor penting untuk mengembalikan kepercayaan diri skuad. Laga melawan Udinese bisa menjadi awal kebangkitan — atau justru memperdalam krisis yang sedang melanda.

Bagi Tudor, perjalanan ini adalah ujian besar dalam karier kepelatihannya. Di tengah badai kritik dan hasil negatif, ia tetap berusaha menunjukkan ketenangan. Yang jelas, masa depan Juventus kini bergantung pada seberapa cepat mereka bisa menemukan kembali identitas dan mentalitas juara yang selama ini menjadi ciri khas klub asal Turin tersebut.

Terkini

Parfum Alfamart Pria Terbaik Paling Wangi dan Tahan Lama

Senin, 27 Oktober 2025 | 21:37:56 WIB

3 Jenis Tabungan BRI Tanpa Potongan, Bebas Biaya Admin

Senin, 27 Oktober 2025 | 21:37:55 WIB

AdaKami Ilegal atau Tidak? Inilah Fakta Terbaru 2025

Senin, 27 Oktober 2025 | 21:37:55 WIB

2 Cara Refund Barang di Shopee yang sudah Diterima

Senin, 27 Oktober 2025 | 21:37:54 WIB