JAKARTA - Pemerintah Indonesia kembali mencatat langkah penting dalam pengelolaan pembiayaan negara dengan meluncurkan obligasi berdenominasi yuan atau dim sum bond untuk pertama kalinya. Instrumen ini berhasil menarik perhatian investor global dan menjadi bukti kuatnya kepercayaan pasar internasional terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Dari penerbitan tersebut, pemerintah berhasil menghimpun dana sebesar 6 miliar yuan atau sekitar US$ 842,34 juta melalui dua tenor, masing-masing lima tahun dan sepuluh tahun. Obligasi tenor lima tahun menawarkan imbal hasil 2,5%, sementara tenor sepuluh tahun memberikan imbal hasil 2,9%. Angka tersebut lebih rendah dari panduan awal, yang semula di kisaran 2,95% dan 3,30%, menunjukkan tingginya permintaan investor terhadap instrumen ini.
Langkah ini menandai diversifikasi strategi pembiayaan pemerintah yang semakin luas, tidak hanya mengandalkan dolar AS atau euro, tetapi juga memanfaatkan pasar keuangan Tiongkok yang memiliki potensi besar.
Minat Investor Global Tunjukkan Kepercayaan terhadap Ekonomi Indonesia
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Suminto, mengungkapkan bahwa penerbitan dim sum bond tersebut mendapatkan respons luar biasa dari pasar internasional.
“Minat datang dari berbagai jenis investor global seperti AS, Eropa, dan Asia Pasifik. Namun demikian, investor dari Asia Pasifik mendominasi termasuk investor Tiongkok yang berpartisipasi cukup signifikan dalam transaksi ini,” tutur Suminto.
Menurut Suminto, total permintaan (final orderbook) mencapai CNH 18 miliar, atau tiga kali lipat dari jumlah yang diterbitkan. Capaian ini menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan investor global terhadap kredibilitas fiskal dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Penerbitan dim sum bond menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menembus pasar keuangan internasional non-tradisional dengan sukses, sekaligus memperkuat posisinya sebagai salah satu negara dengan pengelolaan utang yang kredibel di kawasan Asia.
Dana Hasil Penerbitan untuk Dukung Pembiayaan APBN 2025
Menjawab pertanyaan publik mengenai penggunaan dana hasil penerbitan dim sum bond, Suminto menjelaskan bahwa seluruh hasil penerbitan akan digunakan untuk mendukung pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2025.
“Dana hasil penerbitan dim sum bond ini akan digunakan untuk mendukung pembiayaan APBN 2025, sejalan dengan kebijakan pengelolaan pembiayaan pemerintah yang prudent dan terukur,” ujar Suminto.
Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam menjaga defisit anggaran yang terkendali serta memastikan pembiayaan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan efisiensi. Selain itu, diversifikasi sumber pembiayaan menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu mata uang tertentu, sehingga risiko volatilitas pasar dapat diminimalkan.
Pemerintah juga memastikan bahwa penerbitan surat berharga negara (SBN) tetap akan berlanjut hingga akhir tahun 2025, dengan pendekatan yang fleksibel sesuai dinamika pasar keuangan global.
Rangkaian Penerbitan SBN Valas Sepanjang 2025
Penerbitan dim sum bond bukan satu-satunya upaya pemerintah dalam memperkuat pembiayaan negara tahun ini. Sepanjang 2025, pemerintah telah melakukan serangkaian penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) valuta asing (valas) dengan berbagai denominasi untuk menjangkau pasar global.
Beberapa di antaranya mencakup:
Dual-currency bonds dalam denominasi dolar AS dan euro pada Januari dan Oktober 2025.
Global Sukuk yang diterbitkan pada Juli 2025.
Samurai Bonds di pasar Jepang pada Juni 2025.
Kangaroo Bonds di pasar Australia pada Agustus 2025.
Dim Sum Bonds di pasar Tiongkok pada Oktober 2025.
Dengan strategi penerbitan multivaluta ini, pemerintah berupaya menjaga stabilitas pembiayaan dan memanfaatkan momentum likuiditas di berbagai pasar global. Langkah tersebut juga memperluas basis investor, memberikan ruang lebih besar bagi masuknya arus modal asing yang sehat ke dalam perekonomian nasional.
Rencana Tahun Depan: Tetap Prudent dan Oportunistik
Menutup pernyataannya, Suminto menegaskan bahwa rencana penerbitan obligasi di tahun depan akan tetap mempertimbangkan kondisi pasar global dan kebutuhan pembiayaan APBN. Pemerintah akan terus memantau peluang pendanaan yang efisien, dengan tetap menjaga prinsip prudent fiscal management sebagai pedoman utama.
“Rencana penerbitan dim sum bond tahun depan akan disesuaikan dengan kondisi pasar dan kebutuhan pembiayaan APBN. Pemerintah akan terus memantau peluang pendanaan yang efisien guna mendukung pembiayaan APBN secara optimal,” jelasnya.
Pendekatan yang fleksibel dan oportunistik ini mencerminkan sikap adaptif pemerintah dalam menghadapi dinamika pasar global, sekaligus menjaga kepercayaan investor terhadap keberlanjutan fiskal Indonesia.
Dengan keberhasilan penerbitan dim sum bond, pemerintah tidak hanya memperluas akses pembiayaan, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di mata dunia sebagai negara dengan manajemen fiskal yang disiplin dan kredibel. Langkah ini menjadi pijakan penting bagi pembiayaan pembangunan nasional dan stabilitas ekonomi di tahun-tahun mendatang.