
JAKARTA - Indonesia dikenal kaya akan sumber daya tanah yang sangat potensial untuk mendorong pertumbuhan sektor properti. Namun, kenyataannya banyak kendala yang membuat potensi tersebut belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Salah satu hambatan utama adalah masih banyaknya tanah yang status kepemilikannya belum jelas atau bahkan bermasalah secara hukum.
Iwan Sunito, pengusaha properti asal Surabaya yang kini sukses membangun karier di Australia, menyoroti kondisi ini. Menurutnya, sebagian besar tanah di Indonesia berada dalam zona abu-abu yang rawan penyalahgunaan karena sistem kepemilikannya yang kurang transparan.
"Sistem kepemilikan tanah di Indonesia yang masih kurang transparan. Di Indonesia cuma 5 sampai 10 persen tanah yang bebas atau jelas kepemilikan. Ini jadi problem di Indonesia," ujar CEO One Global Capital.
Baca Juga
Sistem Pertanahan yang Perlu Reformasi
Lebih jauh, Iwan menjelaskan bahwa di Indonesia proses kepemilikan tanah masih sangat bergantung pada dokumen keluarga dan hukum adat yang sifatnya sangat rentan dimanipulasi. Hal ini menyebabkan banyak investor asing dan lokal menjadi enggan atau ragu untuk berinvestasi di sektor properti Indonesia karena risiko sengketa yang tinggi.
Sebagai perbandingan, ia menyampaikan bahwa di Australia, status kepemilikan tanah sudah sangat transparan dan tercatat dengan jelas dari pemilik awal hingga pemilik terakhir. Sistem pencatatan yang terbuka ini mendorong kepercayaan dan minat investor untuk mengembangkan properti secara luas.
"Di Australia datanya sudah jelas dan transparan tentang siapa pemilik tanah dari awal hingga yang terakhir. Nah sistem di Indonesia perlu direformasi, harus transparan," tegas pria kelahiran Surabaya ini.
Perbaikan Sistem dan Harapan ke Depan
Meski masih ada banyak tantangan, Iwan mengakui bahwa pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai perbaikan dalam sistem pertanahan, terutama di era digital dan media sosial yang meningkatkan transparansi data kepemilikan tanah.
"Saya rasa sudah lebih baik dari pada dulu ya. Sejak era media sosial sudah ada perbaikan untuk transparansinya," tambahnya.
Peningkatan transparansi ini menjadi harapan bagi pelaku usaha properti di Indonesia untuk mulai membangun kepercayaan pasar dan membuka peluang investasi yang lebih besar.
Inspirasi dari Kesuksesan di Australia
Pengalaman Iwan selama lebih dari empat dekade merintis bisnis properti di Australia menjadi sumber inspirasi bagi banyak pengusaha muda Indonesia dan diaspora. Dalam 12 bulan terakhir, Iwan telah mengakuisisi dan mengoperasikan beberapa proyek besar seperti One Global Resorts, hotel mewah bergaya resor, One Global Gallery, pusat perbelanjaan di Eastlakes, dan One Global Macquarie Park, lahan pengembangan hotel mewah di Sydney.
Kesuksesannya di negeri kangguru menunjukkan bagaimana pengelolaan properti yang transparan dan profesional bisa membawa hasil yang maksimal.
Komitmen untuk Indonesia
Meski peluang bisnis properti di Indonesia tidak semudah di Australia, Iwan tetap memiliki komitmen kuat untuk turut mengembangkan sektor ini di tanah kelahirannya. Dorongan ini bukan hanya soal keuntungan semata, melainkan sebuah panggilan dari hati.
"Meski tidak banyak menguntungkan menggarap bisnis properti di Indonesia, tapi saya tetap ingin melakukannya, ini dorongan dari hati saya," tuturnya dengan tegas.
Dengan perbaikan sistem pertanahan yang semakin baik dan dukungan para pelaku usaha seperti Iwan Sunito, sektor properti di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan memberikan manfaat ekonomi yang luas bagi bangsa.

Muhammad Anan Ardiyan
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Kapolri Pimpin Sertijab Intelkam-Brimob, Tekankan Regenerasi dan Adaptasi
- Rabu, 01 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Cara Bayar Kredivo lewat Brimo dengan Mudah dan Praktis
- 01 Oktober 2025
2.
3.
KUR BRI 2025: Bunga, Plafon Pinjaman, Persyaratan, Cara Daftar
- 01 Oktober 2025
4.
Panduan Simulasi KUR BNI 2025: Bunga, Plafon, Cara Daftar
- 01 Oktober 2025
5.
Non KUR BSI 2025: Simulasi Cicilan dan Persyaratan
- 01 Oktober 2025