
JAKARTA - Menurunkan berat badan sering menjadi tujuan banyak orang, terutama mereka yang mengalami obesitas. Namun, perjalanan menuju berat badan ideal tidak selalu berjalan mulus.
Sering kali, setelah berhasil mencapai target, seseorang kembali pada kebiasaan lama yang tidak sehat. Akibatnya, berat badan melonjak lebih tinggi dari sebelumnya. Fenomena inilah yang dikenal dengan istilah diet yoyo.
Diet yoyo bukan hanya sekadar fluktuasi angka di timbangan. Kondisi ini berdampak pada metabolisme tubuh, kesehatan mental, hingga meningkatkan risiko berbagai penyakit.
Baca Juga
Karena itu, memahami penyebabnya dan cara mengatasinya menjadi hal penting agar hasil penurunan berat badan bisa bertahan dalam jangka panjang.
Obesitas Sebagai Penyakit Kronis
Obesitas kini digolongkan sebagai penyakit kronis yang disebabkan oleh banyak faktor. Dahulu, obesitas sering dianggap hanya karena terlalu banyak makan atau kurang berolahraga. Namun, penelitian terbaru membuktikan bahwa penyebabnya jauh lebih kompleks.
Faktor genetik, biologis, lingkungan, dan sosial berkontribusi terhadap meningkatnya angka obesitas. Oleh sebab itu, solusi yang ditawarkan pun tidak bisa hanya mengandalkan niat dan tekad pribadi. Perlu pendekatan yang lebih menyeluruh dan berkesinambungan.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan, prevalensi obesitas pada orang dewasa mencapai 23,4 persen. Artinya, satu dari empat orang dewasa di Indonesia hidup dengan kondisi obesitas.
Angka ini sangat mengkhawatirkan karena menimbulkan beban besar, bukan hanya bagi individu, tetapi juga keluarga, lingkungan sosial, dan sistem kesehatan nasional.
Tak hanya itu, studi sebelumnya memperkirakan obesitas membebani Indonesia hampir Rp78 triliun per tahun. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya dampak obesitas, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.
Mengapa Diet Yoyo Sering Terjadi?
Banyak orang dengan obesitas mencoba berbagai cara untuk menurunkan berat badan. Ada yang sukses melalui pola makan ketat, olahraga, hingga perhitungan kalori. Namun, tidak sedikit pula yang akhirnya kembali mengalami obesitas.
Menurut ahli gizi dr. Diana Suganda, fenomena diet yoyo sudah sering ditemui. “Kenapa sih sebenernya? Mungkin karena orang obesitas yang mencoba menurunkan berat badan itu punya mindset bahwa proses itu adalah program. Jadi ada awal dan akhirnya, ada selesai nih program. Setelah turun sekian kilogram, setelah tercapai berat badan yang diinginkan, dia berhenti menjalankan pola dietnya, pola hidup sehatnya, akhirnya bounce back lagi, naik lagi dan bahkan lebih parah,” jelas Diana.
Pernyataan ini menegaskan bahwa cara pandang terhadap diet sangat berpengaruh. Jika diet dianggap hanya sementara, begitu target tercapai, pola sehat biasanya ditinggalkan. Inilah awal mula tubuh kembali menyimpan lemak berlebih.
Dampak Terhadap Metabolisme
Menghentikan pola sehat setelah berat badan turun membuat metabolisme tubuh terganggu. Diana menjelaskan bahwa kondisi tersebut menyebabkan tubuh lebih sulit menurunkan berat badan di kemudian hari.
“Padahal, setelah menerapkan pola hidup sehat, apabila kembali yang lama, yang tidak sehat, akan mengganggu metabolisme tubuh dan justru membuat proses penurunan berat badan akan menjadi lebih sulit,” tegasnya.
Ia menambahkan, “Nanti begitu nyoba diet lagi, olahraga lagi, cek kalori, kurangin makan, makan sedikit, sudah nggak bisa turun secepat dulu, karena metabolisme berikutnya juga berubah jadi melambat.”
Inilah yang membuat banyak orang frustrasi. Upaya yang sama tidak lagi menghasilkan penurunan signifikan. Akhirnya, rasa kecewa muncul dan kebiasaan tidak sehat pun kembali dilakukan.
Cara Mengatasi Diet Yoyo
Meskipun tantangannya besar, diet yoyo dapat diatasi. Diana menekankan bahwa kunci utamanya adalah kembali ke pola hidup sehat yang konsisten. Prosesnya memang tidak instan, tetapi lebih stabil dalam jangka panjang.
“Jadi perlu untuk mengatur lagi sinyal kenyang dan lapar, sinyal kapan harus berhenti, apakah makanan manis perlu buat kita atau tidak, ini harus diafirmasi, jadi otak akan mengatur kembali sinyal-sinyal tadi, sampai akhirnya bisa turun lagi,” ungkapnya.
Dengan kata lain, tubuh perlu dilatih kembali untuk mengenali kebutuhan dasarnya. Mengatur pola makan tidak cukup hanya soal jumlah kalori, tetapi juga kualitas makanan serta bagaimana tubuh merespons rasa kenyang maupun lapar.
Menjadikan Pola Sehat Sebagai Gaya Hidup
Untuk menghindari diet yoyo, seseorang perlu mengubah cara pandangnya. Diet tidak boleh dianggap sebagai program sementara dengan titik akhir. Sebaliknya, pola hidup sehat harus dijalankan seumur hidup.
Menurut Diana, pola makan seimbang, olahraga teratur, serta pengendalian konsumsi makanan tinggi gula dan lemak perlu diterapkan secara konsisten. Hanya dengan cara ini, hasil penurunan berat badan dapat bertahan lama, sekaligus menurunkan risiko penyakit kronis akibat obesitas.
Perubahan pola hidup ini juga membawa manfaat lain. Tidak hanya berat badan stabil, tetapi energi tubuh lebih optimal, kesehatan mental meningkat, dan produktivitas sehari-hari pun membaik.
Diet yoyo merupakan tantangan nyata dalam upaya menurunkan berat badan. Banyak orang berhasil mencapai target ideal, tetapi gagal mempertahankannya. Hal ini terjadi karena pola sehat dianggap hanya program sementara, bukan gaya hidup jangka panjang.
Dengan memahami penyebab diet yoyo, dampaknya terhadap metabolisme, serta cara mengatasinya, kita dapat lebih siap menghadapi tantangan obesitas. Kuncinya adalah menjadikan pola hidup sehat sebagai kebiasaan seumur hidup, bukan sekadar jalan singkat.
Kesadaran ini penting agar perjalanan menuju berat badan ideal tidak berakhir dengan kekecewaan, melainkan menjadi langkah menuju kehidupan yang lebih sehat, stabil, dan penuh energi.

Sindi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Cara Efektif Cegah Kecanduan Gadget Sejak Usia Dini
- 01 Oktober 2025
2.
Review Produk Jadi Penentu Utama Tren Kecantikan
- 01 Oktober 2025
3.
9 Produk Kecantikan Terbaru September 2025 yang Harus Dicoba
- 01 Oktober 2025
4.
5.
Speling Jateng Permudah Akses Kesehatan Gratis Warga Pesisir
- 01 Oktober 2025