Trump Hidupkan Lagi Batu Bara, Buka 5,3 Juta Hektare Tambang
JAKARTA - Di tengah tren global yang kian menjauh dari energi fosil, pemerintahan Presiden Donald Trump justru mengambil langkah berlawanan. Gedung Putih mengumumkan kebijakan besar yang membuka 13,1 juta acre atau sekitar 5,3 juta hektare lahan publik untuk kegiatan pertambangan batu bara.
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan investasi senilai US$625 juta guna memperkuat kembali pembangkit listrik berbasis batu bara di Amerika Serikat.
Kebijakan ini menjadi bagian dari paket strategi nasional yang dirilis secara terkoordinasi oleh Departemen Dalam Negeri, Departemen Energi, dan Badan Perlindungan Lingkungan (EPA). Tujuannya jelas: menghidupkan kembali industri batu bara yang selama tiga dekade terakhir terus mengalami penurunan tajam.
Baca Juga
Produksi Batu Bara AS Terus Menyusut
Kondisi industri batu bara AS memang jauh dari masa jayanya. Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa produksi batu bara nasional turun hingga separuh dalam kurun waktu 2008–2023.
Kemerosotan ini tak lepas dari tekanan kompetitif dari gas alam dan energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya. Pada tahun 2000, sekitar 50% listrik AS masih dihasilkan dari batu bara. Namun, angka tersebut merosot drastis menjadi hanya 15% pada 2024.
Perubahan lanskap energi semakin terlihat pada tahun yang sama ketika, untuk pertama kalinya dalam sejarah, energi angin dan surya menghasilkan listrik lebih banyak daripada batu bara di Amerika Serikat. Data dari International Energy Agency (IEA) bahkan memproyeksikan tren tersebut akan menjadi fenomena global pada 2026, menandakan pergeseran struktural dalam bauran energi dunia.
Prioritas Trump di Tengah Lonjakan Permintaan Energi
Kendati industri batu bara kian terdesak oleh energi bersih, Presiden Donald Trump tetap memandang sektor ini sebagai pilar strategis bagi masa depan energi Amerika. Dalam masa jabatan keduanya, Trump menjadikan kebangkitan batu bara sebagai prioritas utama kebijakan energi nasional.
Alasan utamanya tak lain adalah lonjakan permintaan listrik yang dipicu oleh pembangunan pusat data kecerdasan buatan (AI data centers). Infrastruktur digital berskala besar ini dikenal sangat boros energi dan menuntut pasokan listrik yang stabil dalam jangka panjang.
“Ini adalah industri yang penting bagi negara kita. Penting bagi dunia, dan akan terus penting dalam jangka panjang,” tegas Menteri Dalam Negeri Doug Burgum, menegaskan posisi pemerintah terhadap sektor batu bara.
Rincian Paket Investasi Batu Bara AS
Langkah pemerintah Trump tidak berhenti pada pembukaan lahan tambang baru. Gedung Putih juga mengalokasikan US$625 juta sebagai suntikan dana untuk mendukung beragam inisiatif yang bertujuan memperkuat infrastruktur energi berbasis batu bara. Paket investasi tersebut mencakup beberapa program utama, antara lain:
US$350 juta untuk memodernisasi pembangkit listrik batu bara agar lebih efisien dan tahan lama.
US$175 juta untuk proyek batu bara di wilayah pedesaan dengan tujuan menyediakan energi terjangkau dan andal bagi komunitas yang belum terlayani secara optimal.
US$50 juta untuk peningkatan sistem pengelolaan limbah cair, guna memperpanjang umur operasional pembangkit dan mengurangi risiko pencemaran.
Paket ini juga menjadi kelanjutan dari berbagai kebijakan sebelumnya, seperti percepatan izin tambang, perpanjangan masa operasional pembangkit, hingga pemberian pengecualian terhadap beberapa aturan emisi EPA.
Kritik Keras dari Aktivis Lingkungan
Meski dipandang strategis oleh pemerintahan Trump, kebijakan tersebut langsung menuai gelombang kritik tajam dari kelompok lingkungan hidup. Mereka menilai langkah ini sebagai kemunduran besar dalam upaya mengatasi krisis iklim.
“Apa yang dilakukan pemerintah merupakan pemborosan besar uang rakyat,” tegas Amanda Levin, Direktur Analisis Kebijakan di Natural Resources Defense Council (NRDC). Menurutnya, dana sebesar itu seharusnya diarahkan untuk mendukung pengembangan energi baru yang tak hanya mampu memenuhi lonjakan permintaan listrik akibat AI, tetapi juga menurunkan biaya energi bagi masyarakat.
Selain masalah iklim, para ahli kesehatan masyarakat juga memperingatkan dampak serius polusi batu bara terhadap kesehatan manusia. Berbagai studi menunjukkan bahwa emisi dari pembakaran batu bara telah menyebabkan ratusan ribu kematian dalam dua dekade terakhir.
Salah satu studi bahkan memperkirakan bahwa polusi batu bara menambah biaya kesehatan publik antara US$13 miliar hingga US$26 miliar per tahun. Biaya tersebut berasal dari kunjungan ke unit gawat darurat (IGD), stroke, serangan jantung, hingga meningkatnya kasus asma pada anak-anak.
Batu Bara vs Energi Bersih: Pertarungan Belum Usai
Kebijakan baru ini menjadi sinyal bahwa pertarungan antara batu bara dan energi terbarukan belum berakhir. Di satu sisi, tekanan pasar dan inovasi teknologi terus mendorong energi bersih menjadi pilihan utama. Namun di sisi lain, faktor geopolitik, keamanan energi, dan kebutuhan listrik yang melonjak akibat digitalisasi global membuat batu bara tetap dipandang sebagai “jembatan transisi” yang belum tergantikan sepenuhnya.
Langkah pemerintahan Trump ini menunjukkan bahwa, terlepas dari tren global, keputusan energi masih sangat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, politik, dan keamanan nasional. Meski banyak kalangan menilai arah kebijakan tersebut mundur dari komitmen iklim, pemerintah yakin bahwa batu bara masih memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan energi Amerika Serikat — setidaknya dalam beberapa dekade ke depan.
Rekomendasi
