Rabu, 08 Oktober 2025

Update Harga BBM Non-Subsidi Hari ini, 8 Oktober 2025 Naik

Update Harga BBM Non-Subsidi Hari ini, 8 Oktober 2025 Naik
Update Harga BBM Non-Subsidi Hari ini, 8 Oktober 2025 Naik

JAKARTA - Harga bahan bakar minyak (BBM) di SPBU seluruh Indonesia pada Rabu, 8 Oktober 2025, masih mengikuti penyesuaian yang berlaku sejak 1 Oktober 2025. Penyesuaian ini terutama terjadi pada jenis BBM non-subsidi, baik di SPBU Pertamina maupun SPBU swasta seperti Shell, Vivo, dan BP.

Khusus untuk Pertamina, penyesuaian harga terjadi pada Dexlite dan Pertamina Dex. Sedangkan Pertalite, Solar subsidi, Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green tetap mempertahankan harga bulan sebelumnya.

Berdasarkan laman resmi PT Pertamina Patra Niaga, harga BBM hari ini di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara tercatat sebagai berikut: Pertalite (RON 90) Rp 10.000 per liter, Bio Solar (CN 48) Rp 6.800 per liter, Pertamax (RON 92) Rp 12.200 per liter, Pertamax Turbo (RON 98) Rp 13.100 per liter, Pertamax Green (RON 95) Rp 13.000 per liter.

Baca Juga

TTC Travel Mart 42 Jadi Wadah Strategis Perkuat Pariwisata Asia-Eropa

Sementara itu, Dexlite mengalami kenaikan dari Rp 13.600 menjadi Rp 13.700 per liter. Pertamina Dex juga naik dari Rp 13.850 menjadi Rp 14.000 per liter. Penyesuaian harga ini berlaku untuk seluruh provinsi, namun masyarakat bisa mengecek harga lengkap per wilayah melalui laman resmi Pertamina.

Pergerakan Harga BBM di SPBU Swasta

SPBU Shell turut menyesuaikan harga untuk seluruh produknya pada Oktober 2025. Shell Super naik dari Rp 12.580 menjadi Rp 12.890 per liter, Shell V-Power dari Rp 13.140 menjadi Rp 13.420, Shell V-Power Diesel dari Rp 14.130 menjadi Rp 14.270, dan Shell V-Power Nitro+ dari Rp 13.300 menjadi Rp 13.590 per liter.

SPBU BP juga menyesuaikan harga BBM Oktober 2025. BP Ultimate naik dari Rp 13.120 menjadi Rp 13.420 per liter, BP 92 dari Rp 12.610 menjadi Rp 12.890, dan BP Ultimate Diesel dari Rp 14.140 menjadi Rp 14.270 per liter.

Vivo menyesuaikan harga mayoritas produknya pada periode yang sama. Revvo 90 naik dari Rp 12.530 menjadi Rp 12.810, Revvo 92 dari Rp 12.610 menjadi Rp 12.890, Revvo 95 dari Rp 13.140 menjadi Rp 13.420, dan Diesel Primus Plus dari Rp 14.140 menjadi Rp 14.270 per liter.

Kenaikan harga ini terutama berlaku untuk jenis non-subsidi. Sementara itu, BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Solar tetap stabil, menjaga daya beli masyarakat yang mengandalkan bahan bakar ini untuk kebutuhan harian.

Dampak Kenaikan dan Stabilitas BBM

Kenaikan harga BBM non-subsidi cenderung memengaruhi biaya transportasi dan logistik. Hal ini akan berdampak langsung pada sektor perdagangan dan distribusi barang, sehingga masyarakat diimbau menyesuaikan pengeluaran harian.

Meskipun demikian, stabilnya harga Pertalite dan Solar subsidi tetap memberikan perlindungan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kebijakan ini menunjukkan pemerintah berupaya menjaga keseimbangan antara penyesuaian harga dan akses masyarakat terhadap BBM bersubsidi.

Penyesuaian harga BBM ini juga sejalan dengan kondisi global dan fluktuasi harga minyak dunia. Harga BBM non-subsidi mengikuti mekanisme pasar, sementara harga BBM bersubsidi diatur agar tetap terjangkau.

Masyarakat dapat memanfaatkan informasi harga terbaru untuk merencanakan kebutuhan transportasi dan energi. Transparansi harga ini penting agar konsumen dapat mengantisipasi perubahan pengeluaran bulanan.

Strategi Pemerintah dan SPBU

Pemerintah terus memantau dampak kenaikan BBM non-subsidi terhadap inflasi dan daya beli masyarakat. Kebijakan ini diambil agar harga BBM tetap mencerminkan kondisi pasar, namun tidak memberatkan kelompok yang bergantung pada BBM bersubsidi.

SPBU swasta dan Pertamina berkoordinasi untuk memastikan pasokan BBM tetap stabil di seluruh wilayah. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kelangkaan akibat penyesuaian harga, terutama menjelang periode permintaan tinggi.

Kenaikan BBM non-subsidi juga diharapkan mendorong masyarakat beralih ke efisiensi bahan bakar. Dengan harga yang lebih menyesuaikan kondisi pasar, penggunaan BBM akan lebih optimal dan hemat.

Meski harga Pertalite dan Solar subsidi tetap stabil, pemerintah menekankan pentingnya penggunaan bijak BBM bersubsidi. Tujuannya agar alokasi subsidi tepat sasaran dan dapat dinikmati oleh masyarakat yang membutuhkan.

Penyesuaian harga BBM ini merupakan bagian dari strategi menjaga keseimbangan fiskal negara. Dengan harga non-subsidi mencerminkan pasar dan harga bersubsidi tetap terjangkau, pemerintah dapat menekan defisit anggaran sekaligus melindungi masyarakat.

Secara umum, harga BBM hari ini, Rabu 8 Oktober 2025, di keempat perusahaan minyak besar di Indonesia cenderung naik untuk jenis non-subsidi. Namun, harga Pertalite dan Solar subsidi tetap stabil, memberikan ruang bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk tetap membeli BBM dengan harga terjangkau.

Kebijakan ini menunjukkan pemerintah berusaha menyeimbangkan kepentingan pasar dan perlindungan sosial. Sementara itu, SPBU swasta dan Pertamina terus memastikan pasokan BBM non-subsidi dan bersubsidi tetap tersedia merata di seluruh Indonesia.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Tarif Listrik Oktober 2025 Tetap Stabil Semua Golongan

Tarif Listrik Oktober 2025 Tetap Stabil Semua Golongan

Rekomendasi Rumah Murah Terjangkau di Hulu Sungai Tengah, Mulai Rp 108 Juta

Rekomendasi Rumah Murah Terjangkau di Hulu Sungai Tengah, Mulai Rp 108 Juta

FLPP Terealisasi, Rumah Subsidi MBR Capai Hampir 200 Ribu

FLPP Terealisasi, Rumah Subsidi MBR Capai Hampir 200 Ribu

PTPN IV Perkuat Industri Sawit Berkelanjutan Melalui Tiga Pilar Strategis

PTPN IV Perkuat Industri Sawit Berkelanjutan Melalui Tiga Pilar Strategis

Kemenhut Dorong Nilai Tambah KTH Lewat Hilirisasi Produk

Kemenhut Dorong Nilai Tambah KTH Lewat Hilirisasi Produk