Purbaya Santai Hadapi Protes Cukai Rokok, Kritik Mengalir Deras

Rabu, 01 Oktober 2025 | 14:08:09 WIB
Purbaya Santai Hadapi Protes Cukai Rokok, Kritik Mengalir Deras

JAKARTA - Gelombang protes terhadap keputusan pemerintah yang tidak menaikkan tarif cukai rokok tahun 2026 justru ditanggapi santai oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Alih-alih merasa tersinggung dengan kiriman papan bunga bernada sarkastik yang berjejer di depan kantor Kementerian Keuangan, Purbaya justru menyebut karangan bunga tersebut indah dan wangi.

“Enggak apa-apa, bunganya wangi kok, bagus,” ujarnya ringan ketika ditemui wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30 September 2025).

Pernyataan santai itu muncul setelah ratusan papan bunga dikirim oleh sejumlah organisasi kepemudaan, terutama Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), sebagai bentuk protes atas batalnya kenaikan cukai rokok tahun depan. Isi tulisan dalam papan bunga tersebut sebagian besar menyindir keputusan pemerintah yang dinilai lebih berpihak pada industri rokok ketimbang kepentingan kesehatan masyarakat.

Keputusan yang Menuai Kontroversi

Purbaya menegaskan, keputusan tidak menaikkan tarif cukai rokok bukan diambil tanpa alasan. Menurutnya, pemerintah sudah melakukan perhitungan matang agar kebijakan ini tidak mematikan industri rokok nasional.

“Kan saya sudah hitung alasannya. Saya enggak mau industri kita mati, terus dibiarkan yang ilegal hidup. Enggak naik kan sudah syukur, harusnya mereka (industri) minta turun. Mereka bilang enggak usah naik sudah cukup, sambil dijaga market di sini,” jelasnya.

Dengan kata lain, Purbaya menilai menjaga keseimbangan antara keberlangsungan industri rokok dengan kepentingan negara lebih penting dibanding langsung menaikkan cukai. Pemerintah, kata dia, tetap berusaha menekan peredaran rokok ilegal yang justru bisa semakin merugikan negara.

Protes Pemuda dan Julukan “Menteri Koboi”

Keputusan ini memicu kekecewaan dari kalangan pemuda. Ketua Umum IYCTC, Manik Marganamahendra, menilai kebijakan Purbaya justru berpotensi memperburuk masalah kesehatan masyarakat.

“Kalau jadi menteri koboi ya silakan Pak, tapi jangan koboi-koboian sama industri rokok. Artinya, jangan main tarik ulur dengan mereka. Kalau mau ya tegas ke semua, termasuk tetap kasih cukai tinggi untuk produk rokok, bukan malah nggak naik apalagi diturunkan,” ujar Manik dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30 September 2025).

Istilah “Menteri Koboi” sendiri, menurut Manik, awalnya dimaksudkan secara figuratif untuk menggambarkan pemimpin yang berani mengambil keputusan. Namun, ia menilai keberanian itu seharusnya diterapkan secara konsisten, bukan hanya mengakomodasi suara industri besar.

Manik juga mempertanyakan alasan pemerintah yang hanya mendengar masukan dari industri, sementara suara masyarakat yang terdampak, khususnya anak-anak dan remaja, justru tidak menjadi pertimbangan utama.

Ancaman Kesehatan Masyarakat

Data yang dipaparkan IYCTC menyebutkan, saat ini hampir 6 juta anak Indonesia sudah menjadi perokok aktif. Selain itu, tren penggunaan rokok elektronik (vape) di kalangan remaja juga meningkat drastis dalam sepuluh tahun terakhir.

Fakta tersebut menjadi sorotan tajam terhadap pemerintah yang dianggap belum serius menekan angka konsumsi rokok. Murahnya harga rokok, ditambah tidak adanya kenaikan cukai, dikhawatirkan akan semakin memperparah masalah kesehatan masyarakat, terutama generasi muda.

Dukungan dari Kalangan Industri

Meski menuai kritik, keputusan Purbaya tetap mendapat sambutan positif dari kalangan industri. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bahkan mengapresiasi langkah tersebut dengan alasan menjaga kelangsungan usaha, tenaga kerja, serta petani tembakau yang menggantungkan hidup pada industri rokok.

DPR juga menyebut keputusan itu sebagai bentuk perlindungan terhadap pekerja dan petani tembakau yang selama ini berada di hilir industri. Menurut mereka, jika cukai dinaikkan terlalu tinggi, dampaknya bisa berimbas langsung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal serta turunnya permintaan bahan baku tembakau lokal.

Antara Ekonomi dan Kesehatan

Kebijakan cukai rokok memang selalu berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi, negara membutuhkan cukai sebagai salah satu sumber penerimaan besar. Di sisi lain, rokok merupakan produk yang menimbulkan dampak kesehatan serius dengan biaya sosial dan medis yang tidak sedikit.

Pemerintah dalam hal ini berupaya menjaga keseimbangan antara dua kepentingan tersebut. Namun, kritik publik menunjukkan bahwa keseimbangan itu dinilai masih berat sebelah. Para aktivis kesehatan menilai pemerintah terlalu berpihak pada kepentingan industri rokok dibanding melindungi generasi muda dari ancaman adiksi nikotin.

Respons Purbaya: Kritik Itu Biasa

Menanggapi berbagai suara pro dan kontra, Purbaya tetap menunjukkan sikap tenang. Ia menyebut setiap kebijakan publik pasti mengundang reaksi beragam. Bagi dirinya, protes dalam bentuk karangan bunga sekalipun tidak menjadi masalah.

“Dalam setiap kebijakan pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka. Saya kira itu hal yang biasa,” ungkapnya.

Meski demikian, ia tidak memberikan jawaban apakah ke depan ada kemungkinan revisi keputusan terkait cukai rokok. Yang jelas, Purbaya menekankan pentingnya menjaga agar pasar domestik tidak digerogoti rokok ilegal yang justru lebih berbahaya bagi masyarakat sekaligus merugikan penerimaan negara.

Kontroversi soal batalnya kenaikan cukai rokok memperlihatkan tarik menarik antara kepentingan ekonomi, politik, dan kesehatan masyarakat. Di satu sisi, keputusan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dipuji sebagai langkah realistis untuk menyelamatkan industri dan lapangan kerja. Di sisi lain, kelompok pemuda, aktivis kesehatan, hingga sebagian masyarakat melihatnya sebagai bentuk abai terhadap masa depan generasi bangsa.

Sikap santai Purbaya menanggapi protes dengan karangan bunga mungkin mencerminkan kepercayaannya pada keputusan yang diambil. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: sampai kapan pemerintah akan menyeimbangkan antara kepentingan industri rokok dengan kebutuhan mendesak untuk melindungi kesehatan rakyat, khususnya anak muda?

Terkini