Rabu, 01 Oktober 2025

Harga Biji Kakao Turun, Pasokan Melimpah Jadi Penyebab

Harga Biji Kakao Turun, Pasokan Melimpah Jadi Penyebab
Harga Biji Kakao Turun, Pasokan Melimpah Jadi Penyebab

JAKARTA - Penurunan harga referensi (HR) biji kakao pada Oktober 2025 menjadi sorotan utama pemerintah dan pelaku usaha. Kementerian Perdagangan menyebut penurunan ini terjadi akibat pasokan biji kakao yang meningkat, sementara permintaan global tidak mengalami perubahan signifikan.

Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Tommy Andana, menjelaskan, HR biji kakao untuk Oktober 2025 ditetapkan sebesar 7.458,83 dolar AS per metrik ton (MT). Angka ini turun 715,90 dolar AS atau 8,76 persen dibanding bulan sebelumnya.

“Penurunan HR biji kakao dipengaruhi peningkatan pasokan dari negara produsen utama yang tidak diimbangi kenaikan permintaan,” ujar Tommy saat memberikan keterangan di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.

Baca Juga

Tarif Listrik Tetap Jelang Akhir 2025, Pemerintah Jamin Daya Beli

Dampak pada Harga Patokan Ekspor

Penurunan HR turut memengaruhi harga patokan ekspor (HPE) biji kakao pada Oktober 2025. HPE tercatat sebesar 7.047 dolar AS per MT, turun 696 dolar AS atau 8,99 persen dari periode sebelumnya.

Meski begitu, penurunan HR dan HPE biji kakao tidak mengubah bea keluar (BK) biji kakao yang tetap sebesar 15 persen. Ketentuan ini sesuai dengan Kolom 4 Lampiran Huruf B pada PMK Nomor 38 Tahun 2024.

Tommy menambahkan, stabilnya bea keluar bertujuan menjaga keseimbangan antara kepentingan produsen dalam negeri dan dinamika pasar ekspor. “BK tetap 15 persen untuk melindungi petani kakao dari fluktuasi pasar global,” ujarnya.

Pergerakan HPE Produk Kayu

Selain biji kakao, Kementerian Perdagangan juga memantau HPE produk kayu. Pada Oktober 2025, HPE untuk produk kulit, kayu keping atau pecahan (wood in chips atau particle), keping kayu (chipwood), dan kayu olahan dengan luas penampang 1.000–4.000 mm2 dari sortimen sungkai tidak berubah dibanding September 2025.

Namun, terjadi peningkatan HPE untuk kayu olahan dari beberapa jenis tertentu. Ini meliputi kayu olahan merbau dengan luas penampang 1.000–4.000 mm2, sortimen eboni, hutan tanaman dari jenis akasia, sengon, balsa, kayu putih (Eucalyptus), dan lainnya.

Sementara itu, HPE kayu veneer dari hutan alam dan hutan tanaman, kayu lapis untuk kotak kemasan, serta kayu olahan dengan luas penampang 1.000–4.000 mm2 dari jenis meranti, rimba campuran, jati, pinus, gemelina, dan karet mengalami penurunan.

Analisis Pasar Global

Tommy menjelaskan, kondisi global biji kakao memengaruhi pergerakan harga di dalam negeri. Saat pasokan meningkat dari produsen utama seperti Pantai Gading, Ghana, dan Nigeria, sementara permintaan dari pabrik cokelat global tetap, harga HR cenderung turun.

“Peningkatan produksi tanpa disertai peningkatan konsumsi akan menekan harga secara alami,” kata Tommy. Ia menekankan pentingnya strategi ekspor yang tepat untuk menjaga pendapatan petani kakao di Indonesia.

Selain itu, fluktuasi harga global juga memengaruhi ketahanan industri hilir, termasuk produsen cokelat dan pengolahan kakao domestik. Pemerintah pun mendorong produsen untuk menyesuaikan strategi penjualan agar tetap kompetitif di pasar internasional.

Strategi Pemerintah dan Pelaku Usaha

Pemerintah, melalui Kementerian Perdagangan, berupaya menjaga keseimbangan pasar agar penurunan harga HR tidak terlalu berdampak pada petani. Bea keluar yang tetap menjadi 15 persen merupakan salah satu instrumen stabilisasi harga.

Di sisi lain, pelaku usaha didorong meningkatkan nilai tambah produk kakao sebelum diekspor. Misalnya melalui pengolahan menjadi pasta, bubuk, atau cokelat batangan, sehingga mampu menahan dampak penurunan harga biji kakao mentah.

Tommy menekankan bahwa koordinasi antara pemerintah, asosiasi petani, dan eksportir menjadi kunci agar Indonesia tetap kompetitif di pasar global. Langkah ini penting untuk memastikan pendapatan petani tetap terjaga meski harga HR berfluktuasi.

Prospek Pasar Kayu dan Produk Olahan

Selain biji kakao, pergerakan HPE kayu menunjukkan tren yang bervariasi. Beberapa jenis kayu olahan meningkat, terutama yang memiliki nilai tinggi dan permintaan global stabil. Sementara itu, penurunan HPE pada jenis kayu tertentu menunjukkan adanya penyesuaian pasar terhadap surplus produksi atau perubahan permintaan.

Tommy menilai, fluktuasi HPE kayu dan biji kakao perlu dicermati oleh pelaku usaha untuk mengatur strategi produksi dan ekspor. Kementerian Perdagangan akan terus melakukan pemantauan harga serta menyesuaikan kebijakan agar pasar tetap sehat dan berkelanjutan.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Trump Hidupkan Lagi Batu Bara, Buka 5,3 Juta Hektare Tambang

Trump Hidupkan Lagi Batu Bara, Buka 5,3 Juta Hektare Tambang

5 Perumahan Subsidi di Kotawaringin Timur di Bawah Rp200 Juta

5 Perumahan Subsidi di Kotawaringin Timur di Bawah Rp200 Juta

3 Rumah Murah Subsidi di Seruyan, Harga Mulai Rp153 Juta

3 Rumah Murah Subsidi di Seruyan, Harga Mulai Rp153 Juta

Pertamina Perluas Program BBM Satu Harga hingga Pelosok Sumbagsel

Pertamina Perluas Program BBM Satu Harga hingga Pelosok Sumbagsel

Purbaya Yakini Injeksi Dana Perkuat Sektor Riil Nasional

Purbaya Yakini Injeksi Dana Perkuat Sektor Riil Nasional