
JAKARTA - Belakangan ini, Tepuk Sakinah menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Gerakan sederhana berupa yel-yel yang dipadukan dengan tepukan tangan ini diperkenalkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) dalam program bimbingan perkawinan (bimwin) bagi calon pengantin.
Tepuk Sakinah menekankan nilai-nilai penting dalam membangun rumah tangga, mulai dari konsep “berpasangan”, “janji kokoh”, hingga prinsip “saling cinta, saling hormat, saling jaga, saling ridho, dan musyawarah”.
Baca Juga
Tujuannya agar calon pengantin dapat mengingat pilar-pilar rumah tangga sakinah dengan cara yang lebih kreatif dan menyenangkan.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menyebut metode ini sengaja dibuat untuk memudahkan peserta bimwin mengingat nilai-nilai keluarga sakinah.
Selain itu, gerakan ini juga dimaksudkan untuk mencairkan suasana kelas, yang kadang terasa kaku atau terlalu serius.
Beragam Reaksi Calon Pengantin
Meski bertujuan edukatif, Tepuk Sakinah memunculkan beragam reaksi dari peserta. Ada yang merasa lucu dan seru, tetapi ada juga yang merasa canggung. Lantas, bagaimana kesan calon pengantin yang sudah mencoba gerakan ini secara langsung?
Iven: Seru tapi Awalnya Bikin Bingung
Salah satu calon pengantin, pemilik akun TikTok @ivanganesaja, mengaku antusias sekaligus menemukan momen lucu ketika mencoba Tepuk Sakinah bersama calon suaminya yang berkewarganegaraan asing.
“Actually seru sih, cuman karena calon suamiku (bule) nggak paham dan nggak ngerti, jadi aku ketawain. Dia sempat bete, tapi pas latihan ternyata dia enjoy aja," ungkap Iven.
Meski ada rasa canggung di awal, Iven menilai metode ini cukup menghibur. “HAHAHA gimana ya, kalau buat seru-seruan gapapa sih,” tambahnya.
Linda: Kreatif sebagai Ice Breaking
Calon pengantin lain, Linda, mengaku sempat terkejut saat diminta mengikuti Tepuk Sakinah. Namun, lama-kelamaan ia merasa gerakan ini membantu mencairkan suasana.
“Awalnya agak kaget karena nggak nyangka ada tepuk-tepukan di bimbingan nikah, tapi lama-lama jadi lucu juga. Jadi nggak terlalu tegang suasananya,” tutur Linda.
Menurut Linda, kebijakan ini merupakan cara kreatif untuk mempermudah peserta mengingat materi. “Mungkin nggak semua orang suka, tapi buat aku pribadi bisa bikin materi lebih gampang diingat,” katanya.
Rara: Unik dan Jadi Pengingat Nilai Keluarga
Berbeda dengan yang lain, Rara justru menilai Tepuk Sakinah menghadirkan pengalaman unik bersama pasangannya.
“Aku sama pasangan malah jadi ketawa-ketawa sendiri pas coba. Rasanya kayak balik ke masa sekolah ada yel-yel gitu, jadi unik aja,” katanya.
Meski awalnya canggung, Rara menilai tujuan utama gerakan ini relevan. “Kalau tujuannya supaya peserta lebih gampang paham nilai keluarga sakinah, aku dukung. Menurutku relevan sih, karena jadi reminder kecil tentang pentingnya komunikasi dan saling menghargai,” tambahnya.
Tujuan Tepuk Sakinah
Kemenag menegaskan bahwa Tepuk Sakinah bukanlah kewajiban mutlak, melainkan metode pembelajaran tambahan.
Kepala Biro Humas Kemenag, Thobib Al Asyhar, menyebut inovasi ini hadir agar calon pengantin lebih mudah mengingat konsep rumah tangga sakinah, sekaligus menekan angka perceraian yang masih cukup tinggi di Indonesia, seperti dikutip dari akun Instagram resmi @kemenag_ri.
Dirjen Bimas Islam juga menambahkan bahwa metode ini bukan sekadar hiburan, melainkan media edukasi yang dikemas ringan agar nilai-nilai rumah tangga bisa tertanam lebih kuat.
Metode Kreatif dan Edukatif
Tepuk Sakinah menjadi contoh metode pembelajaran yang menggabungkan edukasi dan hiburan. Dengan cara ini, peserta bimwin tidak hanya menerima materi secara verbal, tetapi juga mengalami pengalaman interaktif yang memperkuat ingatan mereka terhadap nilai-nilai sakinah.
Selain itu, gerakan ini dapat menjadi sarana untuk membangun keakraban antara calon pengantin. Partisipasi bersama dalam yel-yel dan tepuk tangan membantu mengurangi ketegangan, sehingga suasana bimbingan menjadi lebih hangat dan menyenangkan.
Relevansi dengan Nilai Keluarga
Nilai-nilai yang tertuang dalam Tepuk Sakinah, seperti saling menghormati, menjaga, dan bermusyawarah, merupakan pilar utama rumah tangga sakinah.
Dengan metode ini, calon pengantin dapat lebih mudah memahami dan mengingat prinsip-prinsip tersebut, bahkan dalam bentuk yang sederhana dan menyenangkan.
Keberhasilan metode ini juga menunjukkan bahwa pendekatan kreatif dalam pendidikan perkawinan dapat diterima dengan baik, terutama jika dikombinasikan dengan interaksi praktis dan suasana santai.
Tepuk Sakinah kini menjadi viral karena mampu memadukan edukasi dan hiburan dalam bimbingan perkawinan. Calon pengantin menanggapi gerakan ini dengan beragam reaksi, mulai dari canggung hingga antusias, namun secara keseluruhan, metode ini diterima sebagai cara kreatif untuk mengingat nilai-nilai rumah tangga sakinah.
Kemenag menekankan bahwa Tepuk Sakinah adalah metode tambahan yang mendidik, bukan kewajiban mutlak.
Dengan pendekatan interaktif ini, calon pengantin dapat lebih memahami pilar-pilar rumah tangga, mencairkan suasana kelas bimwin, dan menanamkan nilai-nilai komunikasi, saling menghargai, dan kerja sama sejak awal pernikahan.

Sindi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
UMKM Didorong Memanfaatkan Layanan Pencairan Dana Cepat Digital
- 03 Oktober 2025
2.
First Mining Pani Dorong Saham EMAS dan Ekonomi Gorontalo
- 03 Oktober 2025
3.
Indonesia Tampilkan Regulasi Kolaboratif sebagai Kekuatan Kripto
- 03 Oktober 2025
4.
MNC Sekuritas Dorong Generasi Muda Kuasai Pasar Modal
- 03 Oktober 2025