Jumat, 03 Oktober 2025

Fenomena Jual Kuku Manusia Jadi Tren Ekonomi Baru

Fenomena Jual Kuku Manusia Jadi Tren Ekonomi Baru
Fenomena Jual Kuku Manusia Jadi Tren Ekonomi Baru

JAKARTA - Di China, potongan kuku yang biasanya dibuang, kini memiliki nilai ekonomi tinggi. Seorang wanita di Hebei berhasil menjual potongan kukunya secara online seharga 150 yuan atau sekitar Rp351 ribu per kilogram. Penjualan ini menarik perhatian karena kukunya ternyata dibutuhkan untuk pengobatan tradisional setempat.

Sejak kecil, wanita tersebut mengumpulkan potongan kukunya. Bahan ini kemudian dijual ke perusahaan obat tradisional yang mengolahnya menjadi bubuk halus. Kepercayaan lokal menyebutkan, bubuk kuku dapat membantu mengatasi kondisi seperti perut kembung pada anak-anak dan radang amandel.

Kuku sebagai Komoditas Tradisional

Perusahaan obat tradisional membeli potongan kuku dari sekolah dan desa, kemudian membersihkan, mengeringkan, dan menggilingnya. Hanya potongan kuku tangan yang diterima, dan kualitasnya diperiksa ketat agar sesuai standar produksi.

Baca Juga

Hati-hati Pemanis Buatan Ternyata Bisa Turunkan Daya Ingat dan Fokus Otak

Produksi kuku manusia yang terbatas membuat harga jualnya relatif tinggi. Rata-rata orang dewasa hanya menghasilkan sekitar 100 gram kuku per tahun. Hal ini membuat pasokan sulit terpenuhi, sehingga permintaan dan nilai ekonomisnya meningkat.

Tren penggunaan potongan kuku sebenarnya bukan hal baru di China. Sejak tahun 1960-an, penggunaan kuku manusia sempat menurun karena popularitas cat kuku meningkat dan bahan ini tercemar. Seiring waktu, bahan lain menggantikan fungsinya, tetapi potongan kuku tetap digunakan secara terbatas.

Fenomena ini pun tidak terbatas di China. Di Amerika Serikat, Ayanna Williams, pemilik kuku terpanjang di dunia, menjual kukunya untuk mendapatkan keuntungan. Kuku panjangnya sempat viral karena memecahkan rekor Guinness World Records 2017, dengan panjang total lebih dari 96,5 cm.

Kisah Ayanna Williams dan Kuku Terpanjang

Ayanna memanjangkan kukunya selama lebih dari 20 tahun. Selama waktu itu, ia merawat setiap ujung kuku dengan telaten, membersihkan dan mempercantik dengan cat kuku. Perawatan ekstra ini membuat kukunya sangat berharga, hingga bisa dijual ratusan juta rupiah.

Meskipun kukunya panjang, aktivitas sehari-hari menjadi tantangan. Menyetir, mencuci piring, dan menyuntik insulin karena diabetes menjadi sulit. Namun Ayanna tetap mempertahankan kukunya hingga ada pembeli yang bersedia membeli sesuai harga yang ditetapkan.

Ia mengaku tidak akan memotong kukunya sampai ada pembeli. Bahkan setelah terjual, kukunya bisa digunakan sebagai kuku palsu oleh pembeli. Ayanna juga sempat menawarkan kukunya melalui media sosial, namun penawaran awal jauh dari harga yang diharapkan, hanya sekitar Rp1,4 juta per kuku.

Fenomena ini menyoroti bagaimana benda pribadi yang sebelumnya dianggap sepele, seperti potongan kuku, bisa menjadi komoditas dengan nilai tinggi. Baik di China maupun di AS, kuku manusia kini memiliki dimensi ekonomi yang unik.

Dampak dan Persepsi Masyarakat

Bagi sebagian orang, ide menjual kuku mungkin terdengar aneh atau ekstrem. Namun di sisi lain, tren ini membuka peluang ekonomi dan memperlihatkan sisi kreativitas masyarakat dalam menemukan nilai dari barang yang sebelumnya dianggap limbah.

Di China, potongan kuku telah lama digunakan dalam obat tradisional. Kini, tren ini kembali muncul karena kebutuhan bahan baku dan kepercayaan masyarakat terhadap manfaatnya. Hal ini menandakan bahwa praktik tradisional dapat menimbulkan nilai ekonomi bahkan di era modern.

Kasus Ayanna Williams menunjukkan sisi lain dari fenomena ini. Di luar konteks pengobatan, kukunya menjadi aset unik yang dijual dengan harga fantastis. Perawatan dan dedikasinya untuk menjaga kuku panjang selama puluhan tahun membuat nilai kukunya meningkat secara signifikan.

Fenomena jual kuku menegaskan bahwa nilai sebuah benda sering kali tergantung pada persepsi dan kebutuhan masyarakat. Sementara sebagian orang melihatnya sebagai hal unik atau eksentrik, sebagian lain menjadikannya peluang ekonomi dan sumber penghasilan.

Selain aspek ekonomi, tren ini juga memunculkan diskusi soal kesehatan dan kenyamanan. Memelihara kuku sangat panjang seperti Ayanna memerlukan disiplin tinggi, perawatan ekstra, dan penyesuaian dalam aktivitas sehari-hari.

Kembali di China, pengumpulan potongan kuku untuk obat tradisional menunjukkan keseimbangan antara nilai ekonomi dan tradisi. Para pengumpul harus rajin dan sabar, karena pasokan terbatas membuat setiap kilogram memiliki harga tinggi.

Dalam konteks global, fenomena ini menunjukkan kreativitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya, bahkan yang tampak sepele. Dari potongan kuku yang dibuang menjadi komoditas bernilai, tren ini menjadi contoh unik bagaimana budaya dan ekonomi saling terkait.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Lionel Messi Hadirkan Hotel Mewah dengan Panorama Laut

Lionel Messi Hadirkan Hotel Mewah dengan Panorama Laut

9 Minuman Alami Efektif untuk Tekanan Darah Rendah

9 Minuman Alami Efektif untuk Tekanan Darah Rendah

Malaysia Atau Singapura, Pilihan Tepat Untuk Traveler Pemula

Malaysia Atau Singapura, Pilihan Tepat Untuk Traveler Pemula

10 Cara Alami Menurunkan Kadar Gula Darah Harian

10 Cara Alami Menurunkan Kadar Gula Darah Harian

Temuan Cesium-137 di Udang Cikande Picu Waspada

Temuan Cesium-137 di Udang Cikande Picu Waspada